Widget HTML #1

Maksimalkan Pendapatan dengan Jeli Melihat Potensi yang Tersedia di Sekitar Kita

Tepat setahun yang lalu saya mudik ke kampung halaman yaitu Lahewa, Nias Utara. Kepulangan saya waktu itu bukanlah hal yang bahagia melainkan dukacita. Ya, satu-satunya orang tua saya yang masih ada yaitu Bapak sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Sedih sekali bahkan dukanya masih terasa hingga sekarang. Meskipun bukan orang yang tergolong berada, tapi almarhum Bapak meninggalkan kami beberapa petak kebun yang hampir semua tanamannya pohon kelapa. 

jeli melihat potensi di sekitar kita
Foto : Website Anugerah Pewarea Astra

Tadinya informasi yang saya dapatkan tentang penghasilan dari kelapa ini sedikit sekali. Saya hanya tahu bahwa panennya per tiga bulan atau per empat bulan, tergantung tingkat kesuburan buahnya dan harganya naik turun mengikuti harga pasar yang informasinya dari tengkulak (biasa disebut toke). Para petani kelapa biasanya hanya menurut saja tanpa bisa berbuat apa-apa jika harga perkilo kelapa cungkil ditampung dengan murah oleh si Toke  bahkan saat harga turun drastis.

Meskipun saat ini saya tidak berdomisili di kampung, kebun kelapa tersebut saya kelola dengan menempatkan orang untuk merawat dan memanennya. Sistemnya bagi hasil 50:50, saya terima bersih diluar biaya-biaya yang dikeluarkan selama dipegang oleh mereka. Jadinya saya selalu ter-update dengan perkembangan harga kelapa saat ini.

Hal yang sangat miris, sekitar 4 bulan yang lalu ketika harga turun drastis sekitar Rp. 1300 /kg kelapa cungkil. Padahal biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit mulai dari pembersihan kebun dari gulma dan rumput, upah tukang panjat dan tukang cungkil kelapa hingga siap diangkut ke gudang si Toke.

Saat minyak makan langka dan harga naik di pasaran awal tahun lalu, banyak teman-teman di kampung melalui medsos saya lihat, mereka berkreasi dengan membuat minyak dari buah kelapa asli. 

Terinspirasi dari itu, saya mulai berpikir bisakah tanaman kelapa ini diberdayakan lagi untuk menghasilkan variasi produk lain selain kelapa cungkil seperti yang selama ini dijalankan oleh petani kelapa di kampung saya?

Menarik, beberapa waktu lalu saya baca website Anugrah Pewarta  Astra tentang Daftar Nama Penerima Satu Indonesia Award. Mereka ini dinominasikan atas andil dalam memberdayakan kesejahteraan masyarakat di sekitar mereka. Salah satu nama yang jadi perhatian saya adalah Bapak Akhmad Sobirin yang menginisiasi perubahan di desanya dengan menggagas Kelompok Tani Manggar Jaya. Beliau prihatin dengan kehidupan petani kelapa di Semedo salah satu desa yang terletak di kabupaten Banyumas jauh dari kata sejahtera meski angka produksi gula kelapa di daerah tersebut cukup tinggi.

Pria yang akrab disapa dengan Birin ini, melalui kelompok tani yang digagasnya melakukan diversifikasi produk kelapa yaitu gula semut atau gula kristal tujuannya untuk meningkatkan pasar dan nantinya berimbas pada kenaikan penghasilan masyarakat. 

Ternyata hasilnya sesuai harapan, dari awalnya Rp. 5000 per kilogram gula blok sekarang petani kelapa bisa menerima hingga Rp. 20.000 per kilogramnya. Bahkan gula semut yang diproduksi mereka diekspor ke pasar luar negeri hingga Eropa.

Untuk menjaga pasokan agar stok gula semut tetap stabil dalam memenuhi permintaan pasar, ia mengumpulkan para pengolah gula dengan membentuk Koperasi Usaha Bersama (KUBE) Manggar Jaya. Awal didirikan tanggal 1 Juni 2012 anggota yang bergabung 25 orang dan terus bertambah hingga beberapa kelompok. Ia juga terus mendampingi dan mengedukasi para anggota untuk menjaga kualitas agar memenuhi standard ketat dari eksportir.

Meskipun awalnya menghadapi tantangan terutama dari para tengkulak yang merasa mengganggu sistem ijon yang selama ini dijalankan namun tidak membuat Birin dan kelompoknya menyerah. Terbukti pada tahun 2016, Birin menerima anugerah Satu Indonesia Award dari Astra untuk kategori UMKM.

Saat ini KUBE Manggar Jaya sudah berbadan hukum dan bisa mengekspor hasil produk yaitu gula semut Semendo Manise ke luar negeri. Cita-cita untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa di desa Semendo juga terwujud. Saat ini, seorang petani mampu  mengantongi Rp. 200.000 dalam sehari bahkan koperasi KUBE Manggar Jaya mengalokasikan setiap persentase per kilogram gula semut hasil penjualan untuk membayar tunjangan hari raya (THR) setiap tahun dan iuran BPJS Ketenagakerjaan para anggota koperasi.

Ya, cara berpikir out of box untuk mendapatkan ide usaha perlu sekali. Tidak monoton dan lebih inovatif dan kreatif jelas dibutuhkan. Selain itu kerjasama, kepedulian, mau belajar, mau berubah, semangat untuk maju dan meningkatkan taraf hidup bersama adalah kunci utama keberhasilan mereka. 

Harapan saya semoga dari kisah pengalaman Birin dengan timnya bisa menginspirasi kita masing-masing lebih kreatif untuk menciptakan peluang dari hal-hal yang ada disekitar kita. Siapa yang tahu dari sebatang kelapa mulai dari akar hingga bagian puncaknya menghasilkan produk-produk baru yang memiliki nilai ekonomis.


Posting Komentar untuk "Maksimalkan Pendapatan dengan Jeli Melihat Potensi yang Tersedia di Sekitar Kita"